a

Dalam beberapa tahun terakhir, isu mengenai literasi (pengetahuan) keuangan telah menjadi salah satu fokus kebijakan pemerintah dan lembaga keuangan di Indonesia. Terdapat kekhawatiran bahwa konsumen cenderung kurang memahami konsep keuangan dan tidak memiliki pengetahuan untuk membuat keputusan keuangan. Dengan adanya peningkatan literasi keuangan diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada kestabilan sistem keuangan dan mengurangi kerentanan dalam sistem keuangan.

Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa tingkat akses keuangan masyarakat Indonesia relatif rendah. Hal ini dapat diamati dari jumlah tabungan dan utang rumah tangga Indonesia di bank. Hasil dari Survei Neraca Rumah Tangga (SNRT) Bank Indonesia 2011 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga di Indonesia yang memiliki rekening tabungan di bank di tahun 2011 hanya berkisar antara 43,57%, sementara jumlah rumah tangga yang memiliki utang di bank hanya mencapai 19,58%. Diketahui dari hasil SNRT tersebut, sebagian besar rumah tangga Indonesia meminjam dari lembaga keuangan non-bank (seperti koperasi dan lembaga keuangan mikro) dan lembaga non-keuangan (seperti arisan, keluarga, teman, tetangga, lintah darat,dan non lembaga keuangan lain)

Sejumlah negara dan lembaga telah secara rutin melaksanakan survei literasi keuangan dan mengembangkan indek literasi keuangan. Data dari hasil survei tersebut terbukti bermanfaat merancang berbagai kebijakan yang tepat untuk meningkatkan literasi keuangan. Terkait dengan perkembangan literasi keuangan di berbagai negara, para pembuat kebijakan di Indonesia telah menyadari pentingnya literasi keuangan melalui berbagai program pendidikan keuangan, sebagai bagian dari strategi peningkatan inklusi keuangan di Indonesia. "Developing Indonesian Financial Literacy Index" merupakan studi kerja sama antara DEFINIT, SEADI (The Support for Economic Analysis Development in Indonesia), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam upaya mengembangkan metodologi andal dalam mengukur tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia.

Survei tersebut tidak hanya mengukur literasi keuangan responden saja, namun juga mengukur peranan literasi keuangan dalam pengambilan keputusan keuangan. Survei yang dilakukan meliputi beberapa informasi, yaitu informasi dasar, informasi keuangan, pengetahuan keuangan dasar, dan pengetahuan keuangan tingkat lanjut

Dalam membangun indeks literasi keuangan, DEFINIT telah melakukan penelitian dengan melakukan perhitungan yang cermat dan teliti. Hasil survei memberikan kesimpulan dan rumusan kebijakan yang penting. Secara umum, hasil survei menunjukkan adanya tingkat keuangan level menengah antar responden. Dari hasil survei dapat pula diketahui bahwa terdapat banyak celah perbaikan yang dapat dilakukan, sehingga upaya perbaikan dapat dilakukan tepat sasaran dan berdampak dalam perbaikan perilaku dan pengetahuan keuangan masyarakat Indonesia yang selanjutnya dapat meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Dalam survei ini, analisis dilakukan dengan mengestimasitiga indeks yaitu indeks literasi keuangan dasar (Basic financial literacy index), indeks literasi keuangan tingkat lanjut (Advance Financial Literacy Index), dan indeks literasi keuangan (Indonesian financial literacy) berdasarkan metode factor analysis.

Hasil survei menunjukkan hasil yang relatif berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki literasi keuangan yang baik. Hasil studi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia rata-rata memiliki indek literasi keuangan yang relatif rendah yaitu 42,51 (skala 0 � 100). Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, memiliki pendapatan yang relatif lebih tinggi juga. Sementara itu, responden laki-laki, cenderung memiliki indek literasi keuangan dasar yang lebih tinggi dibanding responden wanita. Sementara itu, responden yang memiliki pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah, cenderung memiliki literasi keuangan dasar yang rendah.

Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan berkorelasi positif dengan tingkat pendapatan. Sebagian besar rumah tangga berpenghasilan rendah memiliki tingkat literasi keuangan dasar yang juga rendah. Di sisi lain, sebagian besar rumah tangga berpenghasilan tinggi memiliki tingkat literasi keuangan dasar yang relatif tinggi. Berbeda dengan tingkat literasi keuangan tingkat lanjut, dimana tingkat literasi keuangan mempunyai korelasi yang lemah dengan level pendapatan. Selain itu, hasil survei ini menunjukkan, bahwa literasi keuangan tingkat lanjut yang lemah, konsisten dengan keterbatasan kepemilikan produk-produk keuangan yang komplek.

Oleh karena itu, pembangunan kebijakan inklusi keuangan Indonesia harus berfokus tidak hanya program pendidikan keuangan untuk masyarakat dengan level pendapatan tinggi, namun juga untuk masyarakat dengan pendidikan menengah atau sederajat dengan SMP dan SMA.

Laporan lengkap penelitian ini, dapat diunduh pada link berikut ini: Developing_Indonesian_Financial_Literacy_Index_2013